Adalah sebuah kenyataan, bahwa ada beberapa riset yang didorong kemajuan teknologi ini kemudian memusatkan perhatian mereka terhadap hal ini, karena tak bisa dipungkiri juga, radiasi dari peralatan elektronik sedikit banyak punya pengaruh terhadap kesehatan organ tubuh kita.
Sama seperti peralatan elektonik lain yang mengandung daya radiasi tersebut,lap top juga memiliki beberapa aspek kesehatan berkaitan dengan radiasinya. Sebagai peralatan yang bersifat mobil dan [i][b]sering diletakkan di paha pemakainya[/b][/i], laptop memang menghasilkan gelombang panas yang dikeluarkan lewat alas bagian bawahnya.
Beberapa peneliti kemudian mengarahkan riset mereka pada fungsi reproduksi pria yang erat kaitannya dengan organ genitalia terutama pada pria. Menurut beberapa publikasi yang ada, meskipun belum bisa dipastikan keseluruhan kebenarannya sebagai publikasi atau sekedar hoax, suatu isu menyesatkan yang banyak beredar di internet, sebagian penelitian tersebut menyebutkan bahwa penggunaan jangka panjang laptop dengan frekuensi tinggi meletakkannya di sekitar organ genital ternyata bisa berpengaruh terhadap organ testis dan lebih lanjut mempengaruhi formasi sperma akibat tingginya temperatur di area tadi.
Berkaitan dengan sejumlah penelitian yang bisa dipastikan resmi kebenarannya, beberapa publikasi bantahan juga bukan tak pernah dilayangkan. Seorang ahli dari institusi peneliti di Universitas Pennsylvania ternyata tak menemukan pengaruh signifikan dari efek panas laptop terhadap faktor klinis gangguan fungsi kesuburan ini.
Dalam publikasi tersebut, para peneliti di institusi tersebut menjelaskan lebih lanjut bahwa efek panas laptop dengan temperatur maksimal yang dihasilkannya masih berada jauh di bawah nilai ambang temperatur yang membahayakan terhadap organ dimaksud.
Para ahli ini kemudian membandingkan besar temperatur ini dengan temperatur di sekitar ruangan sauna atau mesin sauna yang jauh lebih bisa berpengaruh walaupun tidak langsung mengarah ke organ-organ reproduksi pria.
Begitupun, mereka menyebutkan lagi bahwa frekuensi dan waktu penggunaan yang kelewat panjang sedikit banyak bisa berjalan sebagai suatu pengaruh paparan yang akhirnya bisa mengganggu fungsi reproduksi, namun tidak secara mendetil menyebutkan batas frekuensinya, dan ini masih berkaitan lagi dengan ragam produk laptop yang ada, yang belum tentu minim sama sekali proteksinya, selain misalnya bahan-bahan alas yang digunakan dalam menahan panas yang diproduksi dari aktifitas perangkat elektronik di dalamnya.
Penelitian lain yang memberikan argumentasi mereka terhadap hal ini menyebutkan bahwa penggunaan laptop di pangkuan selama kurang lebih satu jam paling tidak bisa meningkatkan[i][b] temperatur skrotum/kantung testis lebih dari 2,5 derajat Celcius,[/b][/i] yang mereka anggap sudah bisa cukup mempengaruhi fungsi utamanya dalam memproduksi sperma.
Dalam riset terpisah ini, para peneliti yang berasal dari sebuah institusi di Perancis tersebut membuat perbandingannya dengan kenaikan temperatur skrotum pria ketika mengendarai mobil. Perbandingannya, kenaikan sekitar 2,5 derajat Celcius tadi baru didapat setelah mengendarai mobil nonstop selama 2 jam namun lagi-lagi pada pembahasan selanjutnya, masih banyak faktor yang berperan dibaliknya termasuk jenis mesin mobil, jok hingga jenis pakaian yang digunakan dan sebagainya.
Secara jelas, sebuah riset lain yang memiliki skup lebih besar tentang pengaruh panas terhadap organ reproduksi mungkin lebih bisa dijadikan patokan, dimana riset yang dipublikasikan pada tahun 1999 ini menemukan adanya penurunan fungsi reproduksi sebesar sekitar 40% selama musim panas dengan titik berat penilaiannya pada jumlah serta kecepatan sperma yang aktif.
Penelitian selama beberapa tahun ini kelihatannya cukup signifikan karena mendapatkan hasil yang tak jauh berbeda dalam setiap tahunnya, dalam setiap perbandingan persentase antara musim panas dan musim dingin yang dipantau oleh para peneliti tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar